Anak-anak
belajar dengan banyak bergerak dan mendapatkan kemajuan belajar seiring dengan bertambahnya
usia. Namun dewasa ini, istilah “Masa Kecil yang Hilang” banyak dikaitkan dengan sepakbola pemula
mengingat olahraga ini berfokus pada profesionalisme dan bisnis. Dalam usahanya
untuk mengembangkan kemampuan, program sepakbola pemula harus berjuang melawan
kenyataan bahwa 70% anak didiknya memutuskan untuk berhenti pada usia 12 tahun.
Orang dewasa sering lupa bahwa yang mereka latih adalah anak-anak. Mereka juga
lupa bahwa anak-anak belajar dan bertindak sebagai anak-anak. Orang dewasa
dapat memainkan permainan anak-anak, tetapi anak-anak tidak bisa memainkan
permainan orang dewasa.
Para
orang tua mendaftarkan anak-anaknya ke sekolah sepak bola dan akhirnya sebagian
dari mereka menjadi pelatih atau assisten pelatih. Seringkali, yang muncul di benak
pelatih belum pernah bermain sepakbola, tidak banyak mengetahui tentang
olahraga ini, dan tidak mengetahui apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Pelatih tidak begitu tahu benar dengan karakteristik anak didik mereka, karena
sehari-hari mereka berkumpul dengan orang tua mereka masing-masing. Jadi peran
orang tua dalam pembinaan usia dini di sekolah sepakbola sangat penting dan
membantu kinerja pelatih itu sendiri jika mengalami hambatan-hambatan yang
berarti.
Oleh
karena itu, penulis merasa terbujuk untuk menggali lebih dalam lagi mengenai
melibatkannya pemain dan orang tua dalam pembinaan usia dini di sekolah
sepakbola. Dan nantinya penulisan ini bisa dijadikan referensi bagi para
pelatih, orangtua, dan para mahasiswa olahraga yang berkecimpung di dunia
sepakbola.
Sepakbola
pemula bisa diibaratkan sebagai “susu” untuk olahraga remaja; sebagai nutrisi
sempurna bagi perkembangan anak atau pemain. Anak-anak mendapatkan kesempatan
berlatih berlari, mengembangkan kekuatan, koordinasi mata-kaki dan mata-tangan,
ketangkasan hubungan ruang, pengenalan diri, dan interaksi sosial. Dengan
bermain sepakbola, anak-anak berkembang dalam semua aspek fisik, sosial, dan
mental. Namun, semua itu tidak terjadi dengan sendirinya. Orang tua juga
bertanggung jawab untuk membantu memastikan anak-anak mendapatkan pengalaman
yang positif, aman, dan kaya dalam sepakbola, dan dengan pendekatan yang sangat
sederhana guna terjadinya Feedback
antara pelatih, pemain dan orang tua.
Melibatkan
pemain itu menyediakan keterlibatan maksimal bagi para pemain dalam sesi
latihan. Namun, ada beberapa cara lain yang bisa digunakan pelatih untuk
meningkatkan rasa memiliki dan motivasi pemain. Di dalam mempersiapkan dan
menerapkan latihan, ada tiga kesempatan untuk melibatkan para pemain, yaitu sebelum,
saat, dan setelah latihan. Sebelum latihan, pelatih bisa melibatkan pemain
dalam perancangan program latihan hari ini dengan bertanya kepada mereka
tentang kegiatan yang mereka sukai, misalnya kegiatan mereka dalam pelajaran
olahraga dan permainan di lingkungan rumah atau saat istirahat sekolah. Tujuan
melibatkan pemain adalah untuk meningkatkan konsentrasi dan motivasi mereka
karena mereka ikut merancang program latihan. Saat latihan, cara yang paling
sering digunakan adalah dengan bertanya kepada pemain mengenai kesuksesan dan
kegagalan dalam menyelesaikan sebuah permainan atau materi yang pelatih
berikan. Pada dasarnya pemain harus bisa mengambil keputusan dalam setiap
permainan guna menciptakan pemain yang mampu berpikir dan bermotivasi dalam menikmati
latihan. Dan setelah latihan, pelatih pun kembali menanyakan kepada pemain
mengenai latihan yang baru saja diberikan, apa yang mereka sukai dan tidak
mereka sukai. Apa yang ingin mereka lakukan lagi. Dengan bertanya, berarti
pelatih menjaga komunikasi dengan para pemain. Mereka akan merasa masukan
mereka didengar dan dan hal ini dapat mempertahankan kesatuan tim dan motivasi
pemain.
Para
orang tua dapat membantu tim dengan cara menelpon, menyediakan minuman, dan
makanan kecil bagi para pemain, mengatur perlengkapan dan mengusahakan
pendanaan. Melibatkan orang tua dalam sesi latihan mungkin adalah hal yang
lebih sulit. Jika memiliki pengalaman bermain sepakbola dan bersikap objektif,
mungkin mereka akan sangat membantu, terutama dalam permainan yang melibatkan
pembagian pos dalam pengawasan setiap posnya dalam jalannya aktivitas. Kuncinya
adalah mengidentifikasikan tugas-tugas khusus yang pelatih ingin mereka
lakukan. Sah-sah saja bila orang tua ikut bermain. Yang penting, segi keamanan
harus diperhatikan. Jadi jangan sampai saat permainan, orang tua menabrak
anak-anak dan menjadi kecelakaan sehingga mengganggu jalannya aktivitas. Dan
lebih baik jika orang tua yang kurang memiliki pengalaman untuk tidak ikut
serta dalam permainan dan harus tetap menggunakan akal sehat.
Jadi
dapat ditarik garis besar dalam pembinaan usia dini di sekolah sepakbola bahwa
peran pelatih, pemain, dan orang tua saling terikat dan tidak bisa dipisahkan
antara satu sama lainnya. Pelatih
membutuhkan pemain sebagai objek untuk di latih, pemain membutuhkan pelatih
sebagai orang yang melatih. Dan orang tua membutuhkan pelatih sebagai orang
yang melatih anak mereka, bahkan pemain pun membtuhkan orang tua sebagai
pendamping dan terjadinya motivasi ekstrinsik bagi pemain. Dengan demikian
latihan pun akan bermanfaat dan membuat anak-anak semakin mencintai sepakbola
dan secara tidak langsung, sekolah sepakbola menciptakan pemain-pemain yang
kelak akan menjadi pemain sepakbola yang profesional dan membela negara yang
kita cintai ini. Amiin !
Oleh : MuhamadRasyid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar