Selasa, 01 Oktober 2013

Melibatkan Pemain dan Orang Tua dalam Pembinaan Usia Dini melalui Sekolah Sepakbola


            Anak-anak belajar dengan banyak bergerak dan mendapatkan kemajuan belajar seiring dengan bertambahnya usia. Namun dewasa ini, istilah “Masa Kecil yang Hilang”  banyak dikaitkan dengan sepakbola pemula mengingat olahraga ini berfokus pada profesionalisme dan bisnis. Dalam usahanya untuk mengembangkan kemampuan, program sepakbola pemula harus berjuang melawan kenyataan bahwa 70% anak didiknya memutuskan untuk berhenti pada usia 12 tahun. Orang dewasa sering lupa bahwa yang mereka latih adalah anak-anak. Mereka juga lupa bahwa anak-anak belajar dan bertindak sebagai anak-anak. Orang dewasa dapat memainkan permainan anak-anak, tetapi anak-anak tidak bisa memainkan permainan orang dewasa.
            Para orang tua mendaftarkan anak-anaknya ke sekolah sepak bola dan akhirnya sebagian dari mereka menjadi pelatih atau assisten pelatih. Seringkali, yang muncul di benak pelatih belum pernah bermain sepakbola, tidak banyak mengetahui tentang olahraga ini, dan tidak mengetahui apa yang harus dilakukan selanjutnya. Pelatih tidak begitu tahu benar dengan karakteristik anak didik mereka, karena sehari-hari mereka berkumpul dengan orang tua mereka masing-masing. Jadi peran orang tua dalam pembinaan usia dini di sekolah sepakbola sangat penting dan membantu kinerja pelatih itu sendiri jika mengalami hambatan-hambatan yang berarti.
            Oleh karena itu, penulis merasa terbujuk untuk menggali lebih dalam lagi mengenai melibatkannya pemain dan orang tua dalam pembinaan usia dini di sekolah sepakbola. Dan nantinya penulisan ini bisa dijadikan referensi bagi para pelatih, orangtua, dan para mahasiswa olahraga yang berkecimpung di dunia sepakbola.
            Sepakbola pemula bisa diibaratkan sebagai “susu” untuk olahraga remaja; sebagai nutrisi sempurna bagi perkembangan anak atau pemain. Anak-anak mendapatkan kesempatan berlatih berlari, mengembangkan kekuatan, koordinasi mata-kaki dan mata-tangan, ketangkasan hubungan ruang, pengenalan diri, dan interaksi sosial. Dengan bermain sepakbola, anak-anak berkembang dalam semua aspek fisik, sosial, dan mental. Namun, semua itu tidak terjadi dengan sendirinya. Orang tua juga bertanggung jawab untuk membantu memastikan anak-anak mendapatkan pengalaman yang positif, aman, dan kaya dalam sepakbola, dan dengan pendekatan yang sangat sederhana guna terjadinya Feedback antara pelatih, pemain dan orang tua.
            Melibatkan pemain itu menyediakan keterlibatan maksimal bagi para pemain dalam sesi latihan. Namun, ada beberapa cara lain yang bisa digunakan pelatih untuk meningkatkan rasa memiliki dan motivasi pemain. Di dalam mempersiapkan dan menerapkan latihan, ada tiga kesempatan untuk melibatkan para pemain, yaitu sebelum, saat, dan setelah latihan. Sebelum latihan, pelatih bisa melibatkan pemain dalam perancangan program latihan hari ini dengan bertanya kepada mereka tentang kegiatan yang mereka sukai, misalnya kegiatan mereka dalam pelajaran olahraga dan permainan di lingkungan rumah atau saat istirahat sekolah. Tujuan melibatkan pemain adalah untuk meningkatkan konsentrasi dan motivasi mereka karena mereka ikut merancang program latihan. Saat latihan, cara yang paling sering digunakan adalah dengan bertanya kepada pemain mengenai kesuksesan dan kegagalan dalam menyelesaikan sebuah permainan atau materi yang pelatih berikan. Pada dasarnya pemain harus bisa mengambil keputusan dalam setiap permainan guna menciptakan pemain yang mampu berpikir dan bermotivasi dalam menikmati latihan. Dan setelah latihan, pelatih pun kembali menanyakan kepada pemain mengenai latihan yang baru saja diberikan, apa yang mereka sukai dan tidak mereka sukai. Apa yang ingin mereka lakukan lagi. Dengan bertanya, berarti pelatih menjaga komunikasi dengan para pemain. Mereka akan merasa masukan mereka didengar dan dan hal ini dapat mempertahankan kesatuan tim dan motivasi pemain.
            Para orang tua dapat membantu tim dengan cara menelpon, menyediakan minuman, dan makanan kecil bagi para pemain, mengatur perlengkapan dan mengusahakan pendanaan. Melibatkan orang tua dalam sesi latihan mungkin adalah hal yang lebih sulit. Jika memiliki pengalaman bermain sepakbola dan bersikap objektif, mungkin mereka akan sangat membantu, terutama dalam permainan yang melibatkan pembagian pos dalam pengawasan setiap posnya dalam jalannya aktivitas. Kuncinya adalah mengidentifikasikan tugas-tugas khusus yang pelatih ingin mereka lakukan. Sah-sah saja bila orang tua ikut bermain. Yang penting, segi keamanan harus diperhatikan. Jadi jangan sampai saat permainan, orang tua menabrak anak-anak dan menjadi kecelakaan sehingga mengganggu jalannya aktivitas. Dan lebih baik jika orang tua yang kurang memiliki pengalaman untuk tidak ikut serta dalam permainan dan harus tetap menggunakan akal sehat.
            Jadi dapat ditarik garis besar dalam pembinaan usia dini di sekolah sepakbola bahwa peran pelatih, pemain, dan orang tua saling terikat dan tidak bisa dipisahkan antara satu sama lainnya.  Pelatih membutuhkan pemain sebagai objek untuk di latih, pemain membutuhkan pelatih sebagai orang yang melatih. Dan orang tua membutuhkan pelatih sebagai orang yang melatih anak mereka, bahkan pemain pun membtuhkan orang tua sebagai pendamping dan terjadinya motivasi ekstrinsik bagi pemain. Dengan demikian latihan pun akan bermanfaat dan membuat anak-anak semakin mencintai sepakbola dan secara tidak langsung, sekolah sepakbola menciptakan pemain-pemain yang kelak akan menjadi pemain sepakbola yang profesional dan membela negara yang kita cintai ini. Amiin !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar